Sabtu, 15 Oktober 2016

STRATEGI PEMASARAN J.CO Donuts & Coffee



STRATEGI PEMASARAN J.CO Donuts & Coffee



Jenis
Perseroan Terbatas
Industry
Didirikan
Pendiri
Kantor Pusat
Produk
Kopi • donat • yogurt beku
Pendapatan
N/A
Induk
Situs web
Jcodonuts.com


J.CO dimiliki oleh Johnny Andrean, seorang pemilik jaringan BreadTalk di Indonesia. J.CO diilhami dari donat USA. Johnny yang sering melakukan perjalanan bisnis ke USA, mendapatkan kesempatan menikmati berbagai jenis donat dengan rasa dan keunikan yang berbeda. Pada mulanya, ia ingin membeli waralaba suatu jaringan pemasaran donat USA, tetapi ia mendapatkan beberapa keterbatasan pada produknya. Keterbatasan itu ada pada bahan baku dan kelemahan dalam pengendalian kualitas.
Jadi, dengan demikian Johnny memutuskan untuk mengembangkan produksi donatnya sendiri tanpa harus membeli francise donat dari USA. Ia memilih untuk menghasilkan bentuk dan rasa donat yang sempurna sebagaimana yang pernah ia coba di USA, dengan memfokuskan secara khusus pada mutu bahan baku dan proses produksi.
Sekembali ke Indonesia, ia kemudian mengembangkan sebuah gerai toko donat dengan konsep, bentuk dan rasa yang mirip dengan gerai donat USA. Johnny sejauh ini telah mengamati bahwa tidak ada satu pun gerai donat di Indonesia yang mempunyai konsep dapur terbuka, karenanya ia memulainya di J.CO. Maka, selain mempunyai rasa yang berbeda, konsep toko juga dibuat sebagai dapur terbuka sehingga konsumen-konsumen dapat melihat berbagai atraksi dalam pembuatan donat, dari mencampurkan bahan-bahan sampai menjadi donat siap dijual.
Donat J.Co dibuat menggunakan mesin-mesin, baik saat mencampurkan bahan-bahan, memasak dan membuat topping donat. Satu-satunya tenaga manusia yang dilibatkan hanya pada saat pencetakan donat. Yang juga menggunakan alat bantu cetakan.
Semua mesin yang digunakan sepenuhnya diimpor dari USA. Begitu juga dengan bahan-bahan dasar, lebih dari 50% diimpor dari luar negeri. Seperti cokelat yang diimpor dari Belgia dan susu dari Selandia Baru. Juga, untuk minuman, bahan-bahannya kebanyakan  diimpor pula. Sebagian kopi bubuk diimpor dari Italia dan Costa Rica. Berdasarkan semua inilah, J.CO diposisikan sebagai produk bermutu premium di pasaran donat Indonesia.
Sebagian pihak mungkin berpendapat bahwa logo J.CO memiliki kemiripan dengan logo Starbucks, tetapi jika diperhatikan dengan teliti, itu berbeda. Bentuk bulatnya boleh jadi  sama, tapi itu bukanlah sebuah trademark.
Masing-masing donat dinamai secara kreatif berdasarkan topping dan rasa. Hal ini menciptakan suatu keunikan dan mudah untuk diingat, sebagai contoh, Chees Me Up adalah nama untuk donat dengan keju leleh di lapisan atas. Tira Miss U adalah nama untuk donat dengan topping tiramisu.
Johnny membutuhkan tiga tahun sebelum meluncurkan J.CO Donuts & Coffee ke pasar Indonesia. Tiga tahun digunakannya untuk mempersiapkan standar dan prosedur produksi, pemilihan bahan baku, memperbaiki mutu dan proses produksi produk, serta operasional bisnis.
Bagaimana pun, J.CO telah hadir di pasar Indonesia. Toko yang pertama dibuka di Supermall Karawaci Tangerang (tidak jauh dari Jakarta) pada tanggal 26 Juni 2005. J.CO Donuts & Coffee di Indonesia semuanya dikendalikan dan dimiliki oleh Jhonny sendiri, sedangkan toko-toko di luar negeri diwaralabakan, yang mana kita mengetahui bahwa waralaba J.CO Donuts & Coffee Singapura dimiliki oleh kelompok BreadTalk.
                                                                                               
Visi dan Misi

Burung Merak pada logo J.CO Donuts & Coffee merupakan representasi visi dan misi perusahaan.

Visi:
         Membentuk J.CO Donuts & Coffee sebagai International Premium Donuts and Coffee Brand terkemuka
         Menjadi trend-setting lifestyle dalam donuts and coffee brand
         Menjadi perusahaan yang tepat bagi orang-orang yang tepat dalam meraih cita-cita mereka.

Misi:
         Menyediakan kualitas premium donat dan kopi
         Mendorong karyawan dalam meraih cita-cita
         Menempatkan pelanggan sebagai prioritas
         Berkomitmen memberikan pelayanan terbaik dengan sungguh-sungguh
         Menyediakan tempat yang sempurna untuk bersantai
         Memperlakukan setiap orang dengan hormat dan bermartabat


FILOSOFI LOGO
Beberapa mengatakan logo J. CO Donuts & Coffee mirip dengan logo Starbucks. Batas melingkar mungkin sama, tapi bukan merek dagang. J CO Donuts & Coffee menggunakan simbol Merak dalam logo mereka. Merak di sini melambangkan keindahan, elegan, lembut dan keabadian. Keindahan dan kelembutan tercermin dari rasa dan bentuk donat. Sementara keabadian dapat dilihat dari loyalitas konsumen yang bersedia berdiri dengan antrian panjang di toko-toko untuk mendapatkan donat favorit mereka.


SEJARAH

PT. J.CO Donuts and Coffee didirikan oleh Johnny Andrean yang sebelumnya terkenal sebagai pengusaha salon yang sukses. Tak kurang dari 168 jaringan salon dan 41 sekolah salon dimilikinya, namun insting sang penata rambut kemudian membawanya terjun ke bisnis makanan. Sejak tahun 2003 ia aktif mengembangkan J.CO. J.CO adalah produk dalam negeri dengan menggunakan konsep dari luar negeri dan disempurnakan dengan modernisasi dan kualitas terbaik. J.CO ditujukan untuk menyerbu pasar asing.
Persiapan J.CO membutuhkan waktu yang lama. Selama 3 tahun Johnny Andrean dan timnya mempelajari bisnis donat, mengeksplorasi resepnya, serta melakukan riset pasar dan sampling.   Johnny meluncurkan J.CO dengan konsep “apa yang disukainya dan hal ini bisa diterima masyarakat”.

Pada 26 Juni 2005, J.CO mulai beroperasi pertama kali di Supermal Karawaci, Tangerang dan kemudian langsung membuka outlet sebanyak-banyaknya. Dalam waktu setahun, J.CO telah punya 16 buah gerai dengan 450-an orang karyawan untuk gerai saja. Tujuh gerai terdapat di Jakarta dan sisanya di Bandung, Surabaya, Makassar, dan Pekanbaru. Dalam waktu dekat mereka akan buka di Palembang, Batam, Manado, Bogor, Medan, dan Bali, dan ada keinginan juga untuk go international pada tahun 2007 dengan pilihan lokasi di Australia, Hongkong, atau Singapura.


Sesuai dengan namanya, J.CO mempunyai produk makanan berupa donat dan produk minuman berupa kopi atau teh yang panas maupun dingin. Yang diunggulkan oleh J.CO adalah produk makanannya, yaitu donat.
J.CO.Donuts sejatinya bukan pionir di industri kafe berbasis menu kue donat di Indonesia? sebelumnya sudah ada Dunkin Donuts. Namun sejak masuk ke pasar pada pertengahan 2005, J.CO Iangsung menjadi buah bibir, mengalahkan popularitas sang incumbent Dunkin Donuts, dan membukukan pertumbuhan penjualan yang tinggi.
Menurut Indriana Lisztya R., PR Manager dan Promosi J.CO., penjualan donat J.CO. di salah satu gerai terlarisnya bisa mencapai 14 ribu donat per hari. Angka ini belum termasuk pembelian produk lainnya (seperti minuman kopi) oleh pengunjung outlet J.CO. yang jumlahnya bisa mencapai 1.200 orang per hari.


STRATEGI MARKETING
J.CO. Donuts menjadi berbeda dari produk donat lain di tanah air karena diposisikan sebagai produk lifestyle dan disasarkan untuk konsumen dari segmen menengah keatas dengan gaya hidup dinamis, muda dan modern. Untuk menggarap segmen pasar ini, J.CO. membuat donat yang tidak mengenyangkan, lebih tipis dan teksturnya lebih lembut, bisa dimakan kapan saja dan dimana saja?donat yang ada di pasar sebelumnya, porsinya cenderung lebih besar dan mengenyangkan. Sementara J.CO.,dari ukuran dan bentuknya, lebih cocok disebut camilan atau makanan selingan pengantar makan besar. Dari sisi harga J.CO.cukup kompetitif.J.CO. memakai strategi experiential marketing lewat konsep open Wfchen-nya.




PRODUK

J.CO Donuts & Coffee hadir di tengah masyarakat dengan beberapa jenis produk yang ditawarkan. Produk-produk yang dimaksud meliputi donat, kopi, cokelat, serta produk terbarunya, yogurt. Setiap donat diberi nama kreatif sesuai dengan topping dan rasa. Ini menciptakan sebuah keunikan dan mudah mengingat nama, Sebagai contoh, Cheese Me Up adalah nama untuk donat dengan keju meleleh di atas. Tira Miss U adalah nama dari donat dengan topping tiramisu.
Berikut nama-nama produk yang ditawarkan J.CO Donuts & Coffee: Hazel Dazzle, Glazzy, Alcapone, Coco Loco, Cheese Me Up, Miss Green T, Why Nut, JCrown Oreo, Da Vin Cheez, Mona Pisa, Heaven Berry, Forest Glam, J.CO Praline, J.CO Yogurt, Choco Forest Freeze, J.Pops, dan masih banyak lagi.
Produk Yang Dipasarkan :


Donuts











Salad




Kopi









COMPETITORS
Sebagai pemain baru di pasar food and beverages – spesifik pada donat dan kopi, J.CO Donuts & Coffee memiliki beberapa pesaing: I-Crave dan Krispy Kreme.
Membicarakan usaha donuts and coffee, Dunkin Donuts tak akan terlewatkan. Brand yang dimotori Dunkin ‘Brands telah berdiri sejak tahun 1950. Brand ini mencakup worldwide untuk jangkauan pasar dan hingga kini masih tegak berdiri dengan beberapa jenis produk yang ditawarkan: donat, brownies,croissantmuffins, kopi, cokelat, dan lain-lain. Dari sisi usia jelas Dunkin Donuts lebih banyak memiliki jam terbang dibandingkan J.CO Donuts & Coffee yang baru berdiri pada tahun 2005. Akan tetapi Dunkin Donuts bukanlah kompetitor J.CO Donuts & Coffee. Hal ini dikarenakan konsep Dunkin Donuts yang lebih mengarah pada mainstream donuts, setara dengan Country Style Donuts. J.CO Donuts & Coffee lebih diposisikan sebagai donat yang lux dari sisi tampilan maupun kemasan.
I-Crave yang dikelola Melawai Group mengedepankan variasi rasa yang jauh lebih banyak dari J-Co.Variasi filling I-Crave kurang lebih 20 jenis lebih banyak dari J.CO Donuts & Coffee. I-Crave dari sisi harga mampu memberikan diskon sampai 35% jika pelanggan membeli dalam kuantitas di atas dua lusin. I-Crave tidak terlalu menjual ambience seperti yang ditawarkan J.CO Donuts & Coffee, akan tetapi mengedepankan variasi rasa serta harga yang relatif murah.
Krispy Kreme sebagai pesaing J.CO Donuts & Coffee muncul di bawah bendera PT Premier Doughnut Indonesia. Ia merupakan salah satu retail donat tertua di Amerika yang memiliki track record yang jauh lebih lama dibanding J.CO Donuts & Coffee.



STRATEGI DISTRIBUSI
Brand activation untuk membangun brand. Strategi ini direalisasikan dalam bentuk sampling di sekitar gerai, membuat akun twitter, web dan fanpage di fb dalam dunia maya, masuk ke komunitas ibu-ibu arisan dengan menyelenggarakan factory visit dan demo pembuatan donat. Bagi perusahaan ini, endorsement pengunjung ?lewat antrian panjang yang mengular di outlet ? dan media yang menulis cerita tentang kelezatan, kekhasan, dan “kehebohan” J.CO. lebih penting ketimbang iklan. Strategi branding ini berhasil menciptakan word of mouth dan menuai publisitas. Dari sisi tampilan outlet, J.Co. mencoba menghadirkan nuansa internasional dengan design minimalis yang simple tapi tetap elegan dan modern, nyaris mirip desain gerai cafe shop ternama di dunia, Starbucks.
MEDIA PROMOSI
J.co mempunyai website khusus yaitu  www.jcodonuts.com yang menyediakan beragam menu-menu didalamnya dengan konten yang lengkap untuk menjawab rasa penasaran para penyuka J.co serta design web yang sangat menarik. J.co juga mempunyai akun twitter untuk media promosi yang sangat inovatif dan praktis @JcoIndonesia di akun ini menyediakan jasa delivery untuk j.cool yogurt dan delivery donuts juga tentunya, selain memudahkan kostumer untuk mengetahui produk terbaru dari J.co ternyata akun twitter ini juga menyediakan beberapa promo salah satunya “BUY PASEO premium Tissue and Get JCO voucher valid in all JCO store.Hurry!! The voucher are limited. via: @JcoIndonesia ” dan masih banyak lagi promo lainnya di twit dan juga fan page di FB nya yaitu J.CO Donuts and Coffee Indonesia.


Kelebihan dan kelemahan produk J.co :
1.      Memiliki variant RASA YG BERKUALITAS DAN MENCIPTAKAN INOVASI PADA SETIAP TAMPILAN PRODUK.
2.      Konsep dapur yang terbuka serta penambahan topping pada donat.
3.      Bahan baku yang di gunakan diimpor dari luar negeri sehingga mendapatkan posisi sebagai produk dengan kualitas premium di Indonesia.
4.      Proses produksi menggunakan alat alat modern yang terjamin tibgkat higeinisnya.
5.      Suasana yang dirasakan ketika berada di J.Co, yaitu keindahan, kerapihan, kenyamanan dari setiap gerainya.

Kelemahan
1.      Fasilitas tempat duduk yang kurang memadai saat konsumen sedang antri.\
2.      Terkadang waktu pembelian j.co donut, donutnya keras sudah tidak fresh.\
3.      Harga produk j.co yang mahal mungkin karena bahan-bahan dan kualitas produknya sendiri
4.      Tidak bias disimpan terlalu lama
5.      Proses pembuatan yg lebih dari 50% menggunakn mesin sehingga sumber daya manusia yang terserap sebagai tenaga kerjanya sedikit.


SEGMENTASI PASAR

Market segmentation, according to Smith, involved analyzing the demand side of the market to obtain a rich understanding of where people are coming from and “the wants” they bring to the marketplace.

Pasar apapun bentuknya akan terdiri dari banyak pelanggan yang berpencar dan beraneka ragam dalam tuntutan pembeliannya. Oleh karena itu tidak ada satupun produsen yang dapat melayani atau memenuhi semua tuntutan pelanggan. Produsen harus mengarahkan program pemasarannya hanya pada pelanggan yang memang menjadi bidikan sasaran pemasarannya, untuk itu produsen harus melakukan segmentasi pasar bagi produknya. Segmentasi pasar adalah proses pemilahan atau pembagian pasar ke dalam beberapa kelompok pelanggan (sub-market) yang memiliki karakteristik sama dalam kebutuhan dan sikap, dan diharapkan akan memberikan respon yang sama terhadap penawaran yang disampaikan. Dengan melakukan segmentasi pasar produsen akan lebih tepat dalam mengarahkan program pemasarannya secara lebih efektif.

Pemikiran mengenai segmentasi pasar dapat dikatakan sebagai jawaban terhadap model pemasaran yang berlangsung sebelumnya yang tidak lagi mampu menjawab dinamika perkembangan kebutuhan tuntutan pelanggan yang semakin beragam. Pada dasarnya pemikiran mengenai segmentasi pasar merupakan sebuah evolusi dari model pemasaran yang pernah berlaku, di antaranya adalah :mass marketing, product differentiated marketing, dan target marketing.

Segmentasi pasar dilakukan dengan mengidentifikasi dan memfokuskan pada sekelompok besar pembeli yang menunjukkan kesamaan dalam hal tertentu. Pada umumnya untuk pasar barang konsumsi segmentasinya didasarkan pada variabel-variabel utama yang berkaitan dengan aspek geografi, demografi, psikografi dan perilaku pasar sasaran (target market).

Berikut segmentasi pasar J.CO Donuts & Coffee:

1. Segmentasi Geografis

Wilayah pemasaran J.CO Donuts & Coffee saat ini tak hanya di Indonesia, akan tetapi juga meluas ke negara lain seperti Malaysia, Singapura, Filipina, dan Australia. Ke depannya J.CO Donuts & Coffee akango international untuk memperluas pasar. J.CO Donuts & Coffee cenderung menyasar wilayah urban.

2. Segmentasi Demografis

Umur : 18 – 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan
SES : A,B

3. Segmentasi Psikografis

Segmentasi ini didasarkan pada penggolongan kelas sosial, gaya hidup, atau ciri kepribadian lainnya. J.CO Donuts & Coffee menyasar kelas sosial menengah hingga menengah ke atas dengan gaya hidup modern, menggemari aktivitas sosial serupa hanging out di kafe, serta menggemari makanan dan minuman dengan brand premium.

4. Segmentasi Perilaku

Segmentasi ini didasarkan pada tingkat pengetahuan, sikap penggunaan atau tanggapannya terhadap suatu produk. Segmentasi ini dapat dibedakan atas dasar: kesempatan penggunaan, manfaat yang dicari, status pemakai, dan tingkat pemakaian.
J.CO Donuts & Coffee tidak mengenal kesempatan penggunaan. Sedangkan dari sisi manfaat yang dicari, ia dapat menjadi lambang status dan instrumen pemenuhan cita rasa masyarakat. Selain itu, J.CO Donuts & Coffee menyasar konsumen potensial dan konsumen tetap brand pesaing untuk memperluas pasar serta tidak mengenal tingkat pemakaian.


TARGETING
Target utama J.CO adalah kaum muda dan keluarga yang usia anggota keluarga kurang dari 55 tahun. Ini bisa kita lihat dari desain konter J.CO dan kemasan produknya yang berwarna cerah tapi tidak norak dan sesuai dengan kalangan konsumen menengah ke atas.


Cabang-cabang J.Co Donuts
Di Indonesia dan beberapa negara di Asia, di antaranya:
Indonesia
        Armada Town Square Magelang
         Grage Mall Cirebon
         SuperMal Lippo Karawaci
         Karawang Central Plaza
         Blu Plaza Bekasi
         Metropolitan Mall Bekasi
         Mega Bekasi
         Bekasi Square
         Cilandak Town Square
         Pondok Indah Mall
         Bintaro Plaza
         Istana Plaza Bandung
         Bandung Supermall
         Cihampelas Walk
         Paris Van Java Mall
         Bandung Indah Plaza
         Festival City Link
         Mangga Dua Square
         Kelapa Gading Mall
         Mall of Indonesia
         Mall Artha Gading
         Senayan City
         EX Plasa Indonesia
         Plaza Semanggi
         Mall Taman Anggrek
         Central Park
         Duta Mall Banjarmasin
         Mall SKA Pekanbaru
         WTC Batanghari Jambi
         Palembang Indah Mall
         Chandra Superstore Tanjung Karang, Bandar Lampung
         Ciputra

         Bali Galeria
         Denpasar Junction
         Discovery Mall Kuta
         Puri Indah Mall
         PX Pavilion
         Sun Plaza
         e-Walk Balikpapan
         Solo Square
         Malioboro Mall Yogyakarta
         Ambarukmo Plaza Yogyakarta
         Java Supermall Semarang
         Mall Paragon Semarang
         Supermal Pakuwon Indah Surabaya
         Galaxy Mall Surabaya
         Tunjungan Plaza Surabaya
         Plaza Surabaya
         Surabaya Town Square
         Lenmarc Mall Surabaya
         Plaza Mulia Samarinda
         Samarinda Square
         Ayani Megamall Pontianak
         Summarecon Mall Serpong
         Mal Ratu Indah Makassar
         Mal Panakkukang Makassar
         Manado Town Square
         Basko Grand Mall Padang [1]
         Harbourbay Mall
         Nagoya Hill
         Kepri Mall
         Mega Mall
         Cirebon Superblock
         Mall Ambon City Center
         Grage Mall 2 Cirebon(soon)
Malaysia
         Pavilion Bukit Bintang, Kuala Lumpur
         Sunway Pyramid, Kuala Lumpur
         Damansara, Kuala Lumpur
         Queensbay, Penang
         City Square, Johor Bahru
         Aeon, Melaka
         IOI, Kuala Lumpur
         Aeon Cheras Selatan, Kuala Lumpur
Singapore
         Raffles City
         Bugis Junction
         Tampines One
         Junction 10



Filipina
         Trinoma
         Mega Mall Asia
China
         SML Mall Puxi Shanghai
         Yu Fashion Mall Puxi Shanghai
Pada umumnya cabang-cabang J.Co Donuts di Indonesia dibuka bersama-sama dengan cabang BreadTalk sebuah perusahaan rotiSingapura yang waralabanya di Indonesia dipegang juga oleh Johnny Andrean.





POSITIONING
Posisi J.CO saat ini dipasaran adalah market leader, karena sat ini J.CO sebagai perusahaan donat nomor satu di Indonesia. Hal ini tidak berlebihan karena mengingat bahwa saat ini jika konsumen ingin makan donat dan nongkrong J.CO menjadi salah satu alternative pilihan mereka. Tidak hanya sebagai snack yang disantap untuk nongkrong J.CO juga menjadi snack favourite keluarga dari anak-anak sampai orang dewasa pun suka dengan donat J.CO.

J.CO tidak dapat dikatakan sebagai market pioneer karena J.CO bukan merupakan perusahaan yang menjual donat pertama kali. Meskipun J.CO bukan yang pertama tetapi J.CO dapat menjadi yang paling unggul jika di bandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Hal ini dapat juga dilihat berdasarkan harga produk. Harga J.CO menjadi patokan sebagai leaderprice. Jika harga J.CO naik, maka pesaing-pesaingnya juga akan menaikkan harga. Oleh sebab itu posisi J.CO saat ini sebagai market leader.
Jika tahun pertama gerai J.Co cuma 5 outlet, tahun kedua bertambah menjadi 12 outlet, kemudian tambah lagi menjadi 24 gerai dan kini 95 gerai. Rata-rata hampir setiap tahun jumlah outlet bertambah dua kali lipat.
Menjadi salah satu leader di industri makanan adalah misi manajemen J.Co saat ini. Tak pelak momen puncak kejayaan J.Co setelah 5 tahun dengan melakukan ekspansi ke pasar ekspor. Saat ini total outlet J.Co mencapai 95 gerai, 15 diantaranya tersebar di Singapura, Malaysia dan Cina dan 75 gerai tersebar di seluruh Indonesia.
Menurut Indriana, yang membuat perusahaan ini terus bertumbuh dan para pengunjungnya nyaman karena dari awal J.Co memposisikan diri dekat dengan konsumen. Banyak program CSR atau community seperti J.Co Safari, program field trip bersama konsumen JCO dan anak-anak sekolah. Mereka datang ke dapur J.Co untuk melihat cara pembuatan donut misalnya. Kedua, melalui Facebook, pengunjung nya sudah mencapai 105 ribu orang juga baru-baru ini masuk ke Twitter.
Brand Activation melalui kegiatan J.Co Safari secara intens dilakukan sebagai upaya membangun brand image juga membawa J.Co di level yang lebih dekat lagi dengan konsumen. Kedua, perusahaan ini sangat concern mendengar keluhan konsumen. “Setiap ada yang komplain, langsung sampai ke jajaran direksi kami. Target kami 1×24 jam komplain customer bisa distop,”ujar alumnus Londol School ini.
Aktifitas dalam bentuk pemberian sampling di sekitar gerai, membuat blog dan Friendster di dunia maya, masuk ke komunitas ibu-ibu arisan dengan menyelenggarakan factory visit dan demo pembuatan donat. Bagi perusahaan ini, endorsement pengunjung lewat antrian panjang yang mengular di outlet dan media yang menulis cerita tentang kelezatan, kekhasan, dan “kehebohan” J.Co lebih penting ketimbang iklan. Strategi branding ini berhasil menciptakan word of mouth dan menuai publisitas. Dari sisi tampilan outlet, J.Co mencoba menghadirkan nuansa internasional dengan desain minimalis yang simple tapi tetap elegan dan modern.
Manajemen J.Co memegang kepercayaan konsumen sebagai aset, bila konsumen puas sesuai dengan ekspektasinya maka mereka akan terus datang ke JCO. Kendati demikian ketika dikonfirmasi tentang kesuksesan gerai terlarisnya yang mampu menjual 14 ribu donat per hari, dimana angka ini belum termasuk pembelian produk lainnya (seperti minuman kopi) oleh pengunjung outlet J.Co yang jumlahnya bisa mencapai 1200 orang per hari.








Referensi :
J.CO Donuts - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm
Sejarah-J.-CO-Donuts-Coffee.pdf



by_ Stefani